TAFADDHAL

JIHAD FI SABILILLAH

JIHAD FI SABILILLAH

Jumaat, 12 Jun 2009

Iktibar : Ikhlaslah Dalam Apa Jua Pun


Di kalangan Bani Israil ada seorang yang ahli ibadah. Beliau beribadah kepada Allah dalam masa lama. Lalu ada suatu kaum datang kepadanya. Mereka berkata, “Disana ada suatu kaum yang menyembah pohon selain Allah Subhanahu Wa Ta`ala.” Maka dia sangat marah mendengar berita itu lantas dia mengambil kapak dan memikul pada lehernya. Beliau bermaksud mendatangi pohon itu dan menebangnya.


Iblis menemuinya dalam rupa seorang tua. Lalu Iblis bertanya, “Engkau ingin ke mana?”


Ahli ibadah itu menjawab, “Aku ingin menebang pohon ini.”


Iblis: “Bagaimana engkau ini? bererti engkau meninggalkan ibadah dan kesibukan dirimu. Engkau mencurahkan tenaga untuk urusan lain.”


Ahli ibadah: “Ini termasuk ibadahku”


Iblis: “Aku tidak akan membiarkanmu untuk menebangnya.”


Maka ahli ibadah itu menarik Iblis dan membantingkannya ke tanah, dan menduduki dadanya. Maka Iblis berkata, “Lepaskanlah aku hingga aku berbicara kepadamu.” Lalu Iblis berdiri.


Iblis berkata kepada ahli ibadah, “Wahai Fulan, Allah telah menggugurkan kewajiban ini darimu. Dia tidak mewajibkannya kepadamu. Cukuplah engkau beribadah, dan tidak diwajibkan padamu mengurus orang lain. Allah memiliki para nabi di bumi. Kalau Dia mengkhendaki, nescaya Dia mengutus mereka kepada penghuni bumi, dan memerintahkan mereka untuk menebang pohon itu.”


Ahli ibadah: “Aku tetap harus menebangnya.”


Maka syaitan itu menyerangnya. Tetapi ahli ibadah dapat menguasai dan membantingnya, serta menduduki dadanya. Sehingga Iblis menjadi lemah. Maka dia berkata kepada ahli ibadah, “Mahukah aku tunjukkan suatu hal yang memisahkan antara aku dan kamu? itu lebih baik dan lebih bermanfaat bagimu.”


Ahli Ibdah: “Apakah itu?”


Iblis: “Lepaskanlah aku sehingga aku mengatakannya kepadamu”.


Maka ahli ibadah itu melepaskannya.


Iblis: “Engkau adalah seorang fakir. Engkau tidak punya apa pun. Engkau hanya menggantungkan diri kepada orang lain untuk mencukupi kebutuhanmu. Barangkali engkau ingin memberi kepada saudara-saudaramu dan menolong tetanggamu. Engkau kenyang dan tidak memerlukan orang lain.”


Ahli Ibadah: “Benar.”


Iblis: “Serahkan urusan ini kepadaku. Pada setiap malam aku akan meletakan dua dinar disisi kepalamu. Apabila memasuki waktu pagi, engkau mengambilnya. Sehingga engkau dapat menafkahi diri dan keluargamu, Serta bersedekah kepada saudara-saudaramu. Hal itu lebih utama bagimu dan bagi kaum Muslim daripada menebang pohon ini yang tumbuh ditempatnya. Menebangnya tidak menyebabkan bahaya bagi mereka dan tidak memberikan manfaat kepada saudara-saudaramu orang-orang Mukmin.”


Maka ahli ibadah itu memikirkan apa yang dikatakan iblis, dan berkata didalam hatinya, “Orang tua itu benar. Aku bukanlah seorang nabi yang diharuskan menebang pohon ini. Allah pun tidak memerintahkanku untuk menebangnya. Maka dengan membiarkanya aku tidak berbuat maksiat dan apa yang dia katakan itu lebih banyak manfaatnya.” Maka ia berbuat perjanjian dengan Iblis, dan bersumpah padanya. Lalu ahli ibadah itu kembali ketempat peribadatanya.


Ketika memasuki waktu pagi, ia melihat dua dinar disisi kepalanya. Demikian juga pada hari berikutnya hingga hari ketiga. Tetapi setelah itu ia tidak lagi melihatnya. Maka dia menjadi marah dan membawa kapak dipundaknya. Lalu Iblis menemuinya lagi dalam rupa seorang tua. Iblis bertanya, “Mahu kemana?”

Ahli ibadah: “Aku akan menebang pohon itu.”


Iblis: “Engkau berbohong. Demi Allah, engkau tidak akan mampu menebangnya, dan engkau tidak akan dapat melakukannya.”


Maka ahli ibadah itu menarik Iblis seperti yang ia lakuka pertama kali. Iblis berkata, “Hayhata (jauh sekali).” Maka Iblis menarik ahli ibadah itu dan membantingnya. Tiba-tiba ia seperti seekor burung kecil di bawah kaki Iblis. Lalu Iblis menduduki dadanya, dan berkata, “Engkau harus menghentikan hal ini. Jika tidak, maka aku akan membunuhmu.”


Maka ahli ibadah itu memandangnya. Tetapi ia tidak memiliki kekuatan untuk melawannya. Lalu ia berkata, “Wahai, Fulan, engkau telah mengalahkanku. Lepaskanlah aku, beritahukanlah padaku, mengapa kali pertama aku dapat mengalahkanmu, tetapi kini engkau dapat mengalahkanku?”


Iblis menjawab, “Karena pada kali pertama engkau marah kerana Allah. Dan niatmu untuk kepentingan akhirat sehingga Allah menundukanku kepadamu. Tetapi kali ini engkau marah kerana nafsumu dan dunia, sehingga aku dapat membantingmu.”


Hikayat ini membenarkan firman Allah, “kecuali hamba-hamabaMu yang ikhlas, diantara mereka” (QS. Al-Hijr: 40)


Wahai sekalian jiwa, ikhlaslah! maka pasti selamat.....

Tiada ulasan: