TAFADDHAL

JIHAD FI SABILILLAH

JIHAD FI SABILILLAH

Ahad, 29 Mac 2009

Guantanamo, ISA & MOSSAD = ZALIM











Penutupan penjara militer milik AS di Guantanamo mutlak dilakukan, sesuai janji Presiden Barack Obama


Beberapa minggu terakhir usai mengetahui bahawa penjara tempat ditahan bakal segera ditutup, Binyam Mohamad, seorang tahanan berbangsa Inggeris merasa gembira. Lelaki yang dituduh menjalani latihan di kem al-Qaida di Afghanistan dan dituduh akan mengebom AS dengan bahan radioaktif ini sangat bersyukur. Selain tidak pernah terbukti dan dibicarakan mengenai kesnya, Mohamad sebagaimana tahanan lainnya, akan terlepas dari seksa yang dialaminya di penjara dasyat tersebut.

Selain masalah Guantanamo, pemerintah AS juga berjanji akan meninjau kembali status para tahanan yang dikurung di pengkalan militer AS di Bagram, Afghanistan. Di kedua-dua penjara eligal ini, ratusan orang ditahan kerana kes perang melawan askar-askar presiden sebelum Obama, George W Bush.

Salah satu noda Bush adalah menahan orang-orang yang dituduh sebagai “pejuang musuh” yang melakukan penyerangan terhadap AS, dengan menahan mereka di Bagram mahupun Guantanamo. Merasa ingin memperbaiki citra AS, di awal pelantikannya, Barack Obama berjanji akan menutup penjara Guantanamo. Dan para tahanan yang ‘bertapa’ di sana akan menghadapi sidang di pengadilan federal AS.

Masih terjadi simpang-siur berkaitan dengan pemindahan para tahanan “teroris” ini, apakah akan dibicarakan di AS atau di negara-negara asal mereka? Namun, Mahkamah Agung AS memutuskan para penghuni Guantanamo memiliki hak untuk menuntut penahanan mereka di Guantanamo pada AS, keputusan yang sama juga berlaku bagi para penghuni penjara Bagram.

Walaupun demikian, ketenteraan AS masih keras membantah jika para penghuni Bagram dipindahkan. Rumi Nielson-Green, jurubicara militer AS mengatakan, para tawanan yang ditahan di Bagram adalah “pejuang musuh yang tak sah”. “Mereka adalah individu-individu yang ditangkap dari medan tempur kerana mereka berbahaya bagi pasukan kami dan pasukan lainnya,” kata Green sebagaimana ditemuramah Aljazeera.

Anehnya, di tengah rencananya menutup Guantanamo dan Bagram, Obama juga merancang mengirimkan pasukan tambahan ke Afghanistan sebanyak 17.000 tenteranya bagi memerangi Taliban. Hal ini disampaikan pada sebuah pernyataan yang diumumkannya awal minggu lalu.



Amnesti Internasional telah mendesak pemerintahan Obama untuk terus melanjutkan keputusannya yang mengubah kebijakan penahanan eligal yang dilakukan pemerintahan Bush. Badan tersebut juga mendesak Obama agar memproses semua tahanan AS di Afghanistan dengan mengikuti kaedah hukuman internasional. “Judicial review (peninjauan kembali) adalah usaha perlindungan dasar melawan penyalahgunaan eksekutif dan perlindungan terhadap penahanan rahasia, siksaan, perlakuan menyakitkan dan pemindahan tidak sah mereka yang disyakki dari satu negara ke negara lainnya,” kata jurubicara organisasi tersebut.

Amnesti Internasional juga menyatakan, sebahagian besar tahanan yang berjumlah 615 orang di Bagram, tidak mendapatkan proses persidangan yang legal atau pengacara yang membela hak mereka. Kebanyakan tahanan tersebut adalah orang-orang Afghanistan, dan mereka telah ditahan selama bertahun-tahun tanpa proses hukuman yang jelas.



Sementara itu, Robert Gates, Menteri Pertahanan AS akan meninjau kembali status dan perlakuan terhadap para tahanan AS di Guantanamo. Obama memberikan Gates waktu 30 hari untuk menyerahkan hasilnya dan memerintahkan agar para tahanan Guantanamo diperlakukan sesuai dengan standart hukuman internasional.



Kembali ke Binyam Mohamad, warga Inggeris berketurunan Ethiopia ini, akan seera dibebaskan atau dipindahkan ke negaranya, Inggeris. Menurut akhbar terkemuka AS, Washington Post, Mohamad akan menjadi orang pertama yang ditransfer dari Guantanamo pada masa pemerintahan Obama.



AS setuju untuk melepaskan Binyam Mohamad setelah lima tahun lamanya diperapkan di Guantanamo tanpa proses perbicaraan. Menurut Menteri Luar Negeri Inggeris, pelepasan Mohamad ini merupakan permintaan formal Inggeris kepada Washington sejak tahun 2007 lalu. Pemerintah Inggeris meminta lima orang warganya, termasuk Mohamad, yang menjadi tahanan Guantanamo agar dibebaskan dan diproses di Inggeris.



Memenuhi permintaan sekutunya tersebut, AS telah membebaskan tiga orang. Setelah Barack Obama menjadi presiden, usaha ekstra telah dilakukan Inggeris untuk membebaskan Mohamad. Namun tahanan kelima, Shaker Aamer, diputuskan untuk diproses di AS dan tetap ditahan di Guantanamo hingga waktu yang ditentukan.

Dalam sebuah pernyataan, Menteri Luar Negeri Inggeris mengatakan, pemerintah Inggeris dan AS telah mencapai kesepakatan dalam masalah pemindahan Binyam Mohamad dari Guantanamo ke Inggeris. “Dia akan segera dikembalikan sesegera mungkin setelah kesepakatan dibuat,” demikian pernyataan tersebut.

Pejabat ketenteraan AS, Yvonne Bradley yang bertindak selaku pengacara Mohamad di Guantanamo mengaku bahagia, “Saat ini kami sangat gembira. Saya berdebar-debar dia kembali ke Inggeris,” kata Bradley. “Keinginannya adalah untuk tinggal di Inggeris. Dia bukanlah warga Inggeris pertama yang pulang ke rumah dan saya harap dia diperlakukan dengan baik.”



Binyam Mohamad yang ditangkap di Afghanistan tahun 2002 mengaku disiksa dan diperlakukan secara tidak berperi kemanusiaan oleh agen-agen asing selama ditahan. Kata Binyam, dia diterbangkan ke Moroko dalam sebuah pesawat CIA (Central Intelligence Agency), kemudian disiksa kembali sebelum ditransfer ke Guantanamo tahun 2004.



Seperti biasa, Washington tentu saja menolak telah melakukan tindakan ekstra begitu terhadap Mohamad, dan pemerintah Moroko juga menolak telah menahannya. Mohamad dituduh menjalani latihan di kem al-Qaida di Afghanistan, dan merancang meledakkan bom radioaktif terhadap kepentingan-kepentingan AS. Sayang, lelaki 30 tahun itu tidak pernah diadili secara adil dan belum didapati bersalah. Kes Mohamad mengundang liputan media secara meluas di Inggeris.

Awal Februari tahun ini, pengadilan tertinggi AS memutuskan bahawa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan tuduhan siksaan terhadap Binyam Mohamad tetap dirahsiakan, setelah AS menyangka adanya ancaman terhadap kerja sama ketenteraan antara Washington dan London.

Pemerintah Inggeris menjamin Mohamad akan menjadi orang bebas dan kembali ke negaranya. Status kerakyatannya juga akan dikenalpasti. “Kepulangan Mohamad tidak memerlukan syarat dari menteri dalam negeri. Walaupun pertimbangan keamanan lainnya juga akan berlaku terhadapnya sebagaimana yang berlaku terhadap orang-orang asing di negeri ini,” kata jurucakap kementerian luar negeri Inggeris.

Para diplomat Inggeris dan seorang doktor telah berangkat ke Teluk Guantanamo akhir minggu lalu bagi memeriksa kondisi kesiahatan Mohamad. Ia melakukan mogok makan selama lebih dari sebulan dan hampir kehilangan nyawanya. Mohamad dipujuk untuk mengakhiri aksinya, dan akan dinilai apakah dia cukup sihat untuk diterbangkan ke Inggeris.



Jika cukup sihat, maka dia akan segera pulang ke kampung halamannya setelah hampir lima tahun dikurung di penjara seram, Guantanamo. Dengan tertutupnya penjara terkutuk itu, maka lembar kelam peradaban suatu bangsa akan terkubur pula.




Bagaimana dengan ISA di negara kita??


Beranikah bakal PM baru Malaysia bertindak seperti Presiden baru AS ini??


Kita sekalian cabar bakal PM baru kita ni.


Takbirr!!!

Tiada ulasan: